Berhemat … kata yang mudah di ucapkan
tapi sulit dilakukan.
Banyak cara tips tips untuk berhemat
tapi tetap saja boros.
Coba check … apakah tabungan kita
setelah bertahun tahun .. bertambah secara significant
atau sama saja atau bahkan berkurang …. hiks ..
Berkesan hidup hanya untuk saat ini
saja .. masa depan … bagaimana nanti saja
Kondisi seperti itu jika dialami oleh
yang memiliki income sangat minim …
lumrah. Tapi ternyata banyak juga dialami oleh yang memiliki income yang bisa dikatakan kelas
menengah ke atas.
Penampilan luarnya boleh keren,
menenteng gadget terbaru, baju keren,
mobil baru .. dalamnya (finansial) keropos. Atau ada orag bilang .. Life style-nya di atas kelas income-nya,
seperti income kelas C tapi life style
kelas A.
Kondisi sekarang memang membentuk
seperti itu. Kita di kepung oleh iklan di tv, internet, radio, billboard,
poster, koran, flyer dll.
Di sepanjang perjalanan kita ke
kantor, pulang dari kantor, dirumah. Pesannya hanya satu … beli ! Membujuk
untuk belanjakan uang kita. Apalagi dengan embel embel ; diskon, sales .. clearance sales, big sales, obral gede, jumbo sales, hot sale, dll-nya.
Selain itu juga dengan dukungan
teknologi membuat makin mudah melakukan transaksi. Kita lihat, kita suka … kita
beli … bisa beli lewat internet, telepon atau datang langsung ….. bayarnya
tinggal debet tabungan kita .. kalau tidak ada uang … tinggal gesek kartu..
mudah dan cepat kan ..
Kita hidup di era konsumerisme. Coba
lakukan hal ini. Lihat dan catat barang barang yang ada di ruang tidur / ruang
keluarga. Identifikasi barang apa saja yang tidak penting dan tidak kita
gunakan. Sudah berapa lama barang barang tersebut berada. Berapa banyak uang yang
kita belanjakan untuk barang barang tersebut, jika kita investasikan sudah
berapa nilainya sekarang ....
Mungkin kita bisa mengetes hukum
pareto 80 20. Betulkah dari 100% barang yang kita miliki, hanya 20% saja yang
sering kita pakai, 80%-nya jarang atau bahkan tidak pernah dipakai.
Meskipun sudah berusaha mengikuti tips
berhemat tapi selalu gagal dan sulit untuk melaksanakan tips-nya. Karena ada
hal fundamental yang harus di rubah terlebih dahulu.
#Pertama ; merubah Mind Set tentang uang
Jika ingin mulai berhemat yang pertama
harus dirubah adalah mind set tentang uang.
Mind
set ini dibentuk oleh
nilai nilai atau belief yang tertanam
didiri kita.
Seperti ; “saya tidak bisa menabung, income saya kan kecil, keperluan banyak”.
“saya sudah bekerja keras, selayaknya
saya menikmati hidup … beli mobil, travelling,
dll”
“keluarga saya kaya .. kalau ada apa
apa, saya bisa minta pada orang tua saya”
Jika belief-nya seperti itu, maka butuh usaha yang lebih besar dibanding
dengan orang yang belief-nya sejalan
dengan berhemat. Misalkan belief-nya
“uang di dapatkan susah .. jadi tidak boleh foya foya”.
Umumnya kita tidak sadar dengan belief yang tertanam didiri kita. Ada
cara caranya mengetahui belief kita
tentang uang,tapi saya bukan yang ahli untuk membahas hal ini.
Jika ingin berhemat maka harus bisa
menanamkan belief bahwa bisa hidup
hemat.
Banyak tips atau cara yang bisa kita
cari di internet, bagaimana merubah belief.
Salah satunya melakukan niat, kalau perlu tuliskan niatnya dan terus di ulang
ulang setiap hari (penulisannya) supaya belief
berubah. Dengan niat, kita berusaha meng-sinkronisasi antara ; pikiran, nilai2
dan tindakan kita.
Contoh : “saya berniat menghemat
pengeluaran sebesar Rp. 500 ribu perbulan”.
Mind
set ini juga bisa
membentuk orang menjadi pemboros. Senang membelanjakan / beli barang barang. Bahkan
bagi sebagian orang pemboros, hal yang membuatnya senang adalah proses
belanjanya, tidak peduli beli di dep store atau di pasar. Shopping is fun.
Benar benar impulse buyer, jika ingin sesuatu .. beli saja.
Joke-nya, si hemat dan si boros bisa
dilihat dari cara pandang. Seperti orang pesimis dan optimis melihat gelas
setengah kosong.
Jika ada “sales 50%” si boros akan
memandang bisa membeli dua kali lebih banyak. Sedangkan si hemat memandangnya
bisa beli satu dengan setengah harga.
#Kedua : cari tahu kemana uang pergi
Sebenarnya kemana sih uang kita pergi
… Koq … cepat banget menghilangnya.
Ini adalah pertanyaan yang sangat
mendasar jika ingin memulai hidup hemat.
Kita harus tahu lubang lubang yang
membuat uang “hilang”.
Hal prinsip dalam mengelola keuangan
adalah mengelola income terlebih
dahulu bukan menaikkan income.
Kebanyakan dari kita, jika merasa income tidak cukup, yang disalahkan
adalan income kita yang kecil. Dan
beranggapan jika income naik maka
masalahnya akan selesai.
Mind
set seperti ini tidak
menyelesaikan masalah, karena ketika income-nya
naik maka life style-nya pun naik
sehingga tetap uangnya kekurangan.
Jadi …Catat semua pengeluaran.
Kelompokkan pengeluaran seperti ini.
(jika butuh file excel-nya, kirim email
saja ke saya, sehingga akan lebih mudah mengisinya).
Pengeluaran
Rumah Tangga
Makan keluarga di rumah,
Air, Kebersihan & keamanan
Belanja bulanan, Belanja
harian sayuran, Listrik, Gas,
Telepon,
Rekreasi keluarga (ke mall, makan diluar, dll)
Pembantu, Supir, TV kabel dan internet, dll
Pengeluaran
Anak
Uang sekolah, Les, Peralatan sekolah, Ekstrakulikuler,
Makan siang di sekolah, Uang
jajan, Transportasi/jemputan, dll
Pengeluaran
Suami
Bensin, Tol, Parkir,
Kendaraan umum, Makan di luar
Hobi, dll
Pengeluaran
Istri
Bensin, Tol, Parkir,
Kendaraan umum, Makan di luar, arisan
Hobi, Pakaian, Salon / kecantikan, Parfum/kosmetik, dll
Amal
Bantuan untuk keluarga,
Sedekah, Zakat, dll
Angsuran
Cicilan rumah, Cicilan
kendaraan, Cicilan kartu kredit, dll
Investasi/Tabungan
rutin/Asuransi
Asuransi jiwa, Tabungan dana
pensiun, tabungan pendidikan, dll
Pengeluaran
Tahunan
Yang termasuk dalam biaya pengeluaran
tahunan
Service mobil, STNK, Perawatan rumah, Asuransi rumah,
Asuransi Mobil, dll
Kemudian perhatikan lagi setiap pos ;
Apakah biaya untuk pos tersebut
terlalu besar ?
Pengeluaran mana saja yang termasuk life style/gaya hidup ?
Apa saja yang bisa di hemat ?
Jika di hemat seberapa besar
penghematannya ?
Banyak cara atau tips dan tricks untuk
berhemat, akan di sampaikan dalam tulisan terpisah.
Kebocoran bisa bermacam macam,.misalnya
:
- Biaya jalan jalan ke mall setiap
minggu ternyata …. menguras kantong.
- Belanja bulanan yang sangat tinggi
tidak terkendali.
- Ada juga kasus yang bocor besar di pos
biaya bulanan sekolah, memaksakan anak
sekolah di sekolah internasional yang
mahal karena saudara saudaranya sekolah disana.
- Atau ada juga yang kaget dengan biaya maintenance mobil (service, stnk,
asuransi) jika
di bagi perbulan ternyata sangat mahal sehingga inilah yang akan
menguras tabungannya.
- Bahkan ada yang sadar ternyata biaya
mahal karena istri bekerja. Maksudnya income
istrinya tidak terlalu besar, sedangkan biaya transportasinya cukup mahal
sehingga yang
di bawa pulang tidak terlalu besar. Dan karena istri bekerja
sehingga harus menggaji
pembantu full
time, bayar jemputan dan lain lain.
Aturan dasar untuk menentukan …. Kondisi
keuangan boros atau tidak sehat :
Yaitu dengan menghitung ratio pengeluaran
bulanan vs income bulanan.
Ratio SEMUA Pengeluaran bulanan
(diluar bayar cicilan hutang dan menabung) sama atau di atas 60%.
Misal income bulanan Rp. 10 juta.
Semua biaya pengeluaran Rp. 9,8 juta atau rationya 98%.
Artinya bisa 2 ;
Gaya hidupnya di atas kemampuan
gajinya.
Atau …. Memang income-nya kekecilan. Karena biaya yang dikeluarkan sudah betul
betul hemat ..mat .. deh… Bisa mencapai 98% karena anak ada 4, bahkan 2 anak masih
balita sehingga butuh susu. Terus menjadi tulang punggung keluarga, artinya
masih membiayai adik adiknya sekolah dan biaya makan orang tuanya.
Untuk menentukan kita ada di posisi
mana … boros atau tidak ..
… coba isi pos pos tersebut. Setelah
mengisi pos pos tersebut. Lalu kita check dan analisa …. Sebenarnya pos apa
saja yang masih bisa di hemat.
Kadang kasus yang terjadi … biaya
rutin bulanannya tidak besar bahkan di bawah ratio 60%, tapi terlalu banyak
biaya tidak rutinnya.
Misal beli buku anak sekolah, jaket
anak, seragam futsal anak, motor mogok, .. bahkan sampai sesuatu yang impulse buying seperti membeli pajangan
untuk di rumah, beli sepatu, dll.
Sehingga ujung ujungnya .. setiap
akhir bulan tidak ada uang yang tersisa.
Tentukan apakah pengeluaran tersebut betul
betul penting atau tidak..
Jika memang penting, sepeti motor
mogok, maka seharusnya dana tidak rutin tersebut di ambil dari DANA DARURAT
yang kita siapkan dan sisihkan perbulannya. Untuk bujangan minimal mempunyai DANA
DARURAT sebesar 3X pengeluaran bulanan, sedangkan untuk yang sudah berkeluarga
minimal memiliki 6X pengeluaran bulanan.
#Ketiga : Tetapkan Tujuan Keuangan
Prinsipnya jika tidak ada tujuan, maka
kita tidak jelas akan berjalan kemana. Mungkin hanya akan berputar putar tidak
karuan. Seperti kita keluar dari rumah tapi tidak ada tujuan. Otak dan action kita akan bingung .. tapi kalau
kita sudah menetapkan akan pergi misalnya ke stasiun, di otak sudah terbayang
dan berencana .. dan akhirnya melakukan tindakan yang sudah jelas kemana
tujuannya, sehingga jika ada halangan di jalan akan tetap berpikir bagaimana
mencapai tujuan.
Hal tersebut juga berlaku di dalam
perjalanan keuangan kita.
JIka kita hidup sibuk dengan hari ini.
Kita melupakan bahwa masih ada kebutuhan di masa depan, untuk diri kita
(pensiun), untuk anak kita (sekolah/universitas).
Kita mungkin beranggapan .. itu masih
jauh bagaimana nanti saja. Nanti pasti akan ada rezekinya.
Jika kita berkeyakinan dengan hukum
SEBAB AKIBAT, bahwa HASIL terjadi karena ada PROSES-nya. Seperti orang terkena sakit
kanker .. berarti ada proses yang menyebabkan dia terkena sakit kanker yang
mungkin sudah berjalan bertahun tahun sehingga pada suatu waktu muncul penyakit
tersebut.
Jadi jika kita ingin hidup kita di
masa depan lebih baik maka ada proses yang harus kita lakukan. Jika kita ingin
anak kita sekolah di tempat yang baik dan memerlukan dana sekitar 100 juta,
maka kita harus mengusahakannya (memprosesnya) dari sekarang.
Tentukan … apa saja kebutuhan di masa
depan yang memerlukan uang ; uang masuk sekolah, universitas, modal usaha, membeli
rumah, pensiun, dll-nya.
Jika ingin tahu lebih jauh tentang
menentukan tujuan masa depan, bisa membaca tulisan “ Tidak Ada Bisnis yg besar
tanpa rencana ... Bagaimana dengan dengan keluarga ....? ” yang ada di blog
ini.
Dengan melihat Big Picture kebutuhan keuangan di masa depan, kita harus mulai
mengatur keuangan kita, karena ada tujuan tujuan penting yang harus di capai.
Family
is a small company,
kita menerapkan prinsip prinsip yang relevan dengan finansial keluarga kita. Jika
kita beranggapan bahwa dana pensiun kita bisa kita dapatkan nanti dari bisnis
yang sedang di jalankan … itu terlalu beresiko. Perusahaan besar (sekelas BUMN
misalnya) selalu menyiapkan dan mencicil dana pensiun karyawannya tidak menggantungkan
pada bisnisnya nanti.
Mungkin saat ini kondisinya sulit sekali untuk berhemat dan
menabung.
Sesuai dengan prinsip Start Small Think BIG.
Mulailah berhemat dan menabung
meskipun kecil. Karena akan membentuk habit
dan mind set kita.Hal kecil dan
konsisten pada prosesnya nanti akan menjadi besar.
#Keempat : Mulai berhemat !
Apalagi …ayo mulai berhemat … !